Firman Tuhan: *Become Like a Child* [Menjadi Seperti Anak Kecil] *Matius 18:3,* _"lalu berkata: "Aku berkata kepadamu,...
Firman Tuhan:
*Become Like a Child*
[Menjadi Seperti Anak Kecil]
*Matius 18:3,* _"lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga"._
Nampaknya sangat cukup jelas bahwa iman merupakan pokok dari kehidupan Kristen, lalu iman didukung di sepanjang Alkitab dan digambarkan sebagai keharusan. Dari dari Ibrani 11:6, _"Karena "tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah"._ Jelas dalam keseluruhan Ibrani pasal 11 membahas iman serta tokoh-tokoh yang terkenal beriman. Iman merupakan karunia dari Allah, sebagaimana diajarkan dalam Efesus 2:8-9; bukan sesuatu yang dapat kita hadirkan sendiri. Maka setiap orang Kristen telah menerima karunia iman dari Allah, dan iman merupakan bagian dari perlengkapan senjata Allah - perisai yang kita gunakan untuk menangkis _"panah api dari si jahat"_ (Efesus 6:16). Secara harafiah Alkitab tidak pernah menyuruh kita untuk beriman layaknya anak kecil. Di dalam Matius 18:3 Yesus berkata bahwa kita harus _"menjadi seperti anak kecil"_ jika ingin masuk kerajaan Allah. Konteks pernyataan Yesus tersebut adalah pertanyaan para murid-Nya, "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" (ayat 1). Lalu sebagai respon, Yesus _"memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: 'Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku'"_ (ayat 2-5).
Sehingga, ketika para murid-Nya berusaha mencari tahu apa yang membuat seorang _"besar"_ di surga, Yesus memberikan wawasan yang baru: cara untuk _"naik"_ adalah dengan _"turun"._ oleh karena kerendah-hatian disyaratkan (Matius 5:5), lalu Yesus menasihati para murid-Nya (termasuk kita juga) untuk menambahkan kerendahan hati pada iman mereka. Mereka yang dengan sukarela mengambil posisi terendah merupakan yang terbesar menurut sudut pandang Surgawi. Sebab seorang anak kecil tidak mempunyai ambisi, kesombongan, dan keangkuhan sehingga cocok menjadi teladan bagi kita. Dan anak kecil pada umumnya rendah hati dan mudah diajar, mereka tidak cenderung sombong atau munafik adanya. Kerendahan hati adalah kebajikan yang diberkati oleh Allah; sebagaimana diajarkan Yakobus, _"Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu"_ (Yakobus 4:10).
Walaupun iman tidak disebut dalam Matius 18:1-5, kita mengetahui bahwa seseorang tidak masuk surga hanya karena rendah hati; melainkan melalui iman dalam Anak Allah. Mungkin iman yang rendah hati dan sederhana dapat disebut sebagai "iman seperti anak kecil." Ketika Yesus ingin memberkati para anak kecil, Ia berkata, "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya" (Markus 10:14-15). Bagaimana cara seorang anak menerima kado? Tentunya dengan keterbukaan, kejujuran, dan kesenangan. Sama-halnya sukacita sejati itu seharusnya menandai iman kita ketika kita menerima karunia Allah melalui Kristus. Namun, anak kecil mudah ditipu dan disimpangkan. Sehingga kadang mereka gagal menyadari kebenaran dan sebaliknya tertarik pada mitos maupun khayalan. Walaupun bukan itu yang dimaksud oleh iman seperti anak kecil. Tetapi Yesus meninggikan gambaran iman yang rendah hati dan jujur pada Allah, dan Ia menggunakan kepolosan anak kecil sebagai ilustrasinya. Demi mencontoh iman anak-anak, kita harus mempercayai Allah sebagaimana tertulis dalam Firman-Nya. Sama halnya seperti anak kecil mempercayai ayah jasmani mereka, kita harus percaya bahwa _"Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya"_ (Matius 7:11).
Pada sisi lainnya, ketika Yesus lahir, ada seorang raja yang cemburu memutuskan untuk membunuh anak-anak yang bisa menjadi ancaman bagi posisinya. Raja Herodes adalah seorang yang kejam, yang membunuh istrinya sendiri, demikian juga beberapa anak laki-laki dan sanak saudara lainnya. Dia merencanakan apa yang sekarang ini disebut _"pembantaian anak-anak tak bersalah",_ karena semua anak laki-laki dari kawasan Betlehem yang berusia di bawah 2 tahun dibunuh. Memang sungguh usaha yang luar biasa, membunuh anak-anak hanya karena ingin menghancurkan Yesus, yang datang untuk membebaskan umat-Nya. Beberapa perkataan kuat yang pernah diucapkan oleh Yesus adalah dalam konteks anak-anak, ketika anak-anak dibawa kepada-Nya, Yesus memberkati mereka dan mengatakan bahwa kerajaan Allah adalah milik orang-orang yang seperti mereka, tetapi penghukuman yang mengerikan akan dijatuhkan kepada orang-orang yang mencelakai anak-anak. Marilah kita tulus, iklas, rendah hati, tidak ambisius negatif. Masih suasana natal, jadi memperingati kelahiran Yesus harus juga mengingat bahwa anak-anak harus dididik hidup takut akan Tuhan dan mengenal Tuhan dengan benar sehingga karakter mereka patut menjadi keluarga Kerajaan Surga". Dan yang dianggap rohani tidak mencemarinya. David C. McCasland menyataan, _"Dengan mata seperti mata Yesus, kita dapat melihat seorang anak yang percaya sebagai teladan iman kita. Iman kita kepada Yesus haruslah seperti iman seorang anak yang percaya"._
*SEMANGAT PAGI & TETAP SEMANGAT*
Respon Terhadap Firman Tuhan Ini:
Become Like a Child berarti ada ketulusan, kepolosan dan kerendahan hati sebagai bukti pertobatan.
Renungan 29-12-2024 dibuat oleh: Sintong P. Tandjung, Dari Gereja: Become Like a Child
COMMENTS